Habibie Sang Presiden Cinta



Terima kasih Allah, Engkau telah lahirkan saya untuk Ainun dan Ainun untuk saya. Terima kasih Allah, Engkau telah pertemukan saya dengan Ainun dan Ainun dengan saya.

Terima kasih Allah tanggal 12 Mei 1962 Engkau nikahkan saya dengan Ainun dan Ainun dengan saya. Engkau titipi kami bibit cinta murni, sejati, cuti, sempurna dan abadi.

Demikian kutipan doa Habibie, sehari setelah Ainun menjalani operasi ke-11 kalinya di Intensive Station I-3 di LMU Kinikum Universitas-Munchen, tepatnya 12 Mei 2010.

Kutipan doa itu hadir dalam buku Habinie & Ainun yang ditulis oleh mantan Presiden RI itu. Peluncuran buku itu berlangsung di Jakarta, baru-baru ini. Buku itu mengangkat kehidupan sosok pribadi BJ Habibie bersama almarhumah istrinya, Ainun Habibie, selama 48 tahun 10 hari.

Sepuluh hari setelah Habibie membisikkan doa itu ke telinga Ainun, sang istri tercinta pun wafat. Dalam buku itu Habibie menulis: Tepat pukul 17.30 waktu Muenchen, Ainun dengan tenang dan damai pindah ke alam dimensi lain diiringi doa yang datang dan getaran nurani saya dan saya bisikan ditelinganya:

48 tahun 10 hari, Allah engkau telah menitipi cinta abadi yang telah menjadikan kami manunggal. Manunggal yang dipatri oleh cinta yang murni, suci, sempurna, dan abadi.

Hari ini 17.30, Ainnun telah tidur untuk selamanya dan pindah ke alam barzah meninggalkan saya di dunia.

Inna lillaahi wa inaa ilaini rooji'uun Ainun saya sangat cinta padamu...


Buku setebal 323 halaman itu mengisahkan perjalanan cinta Habibie dan Ainun, sejak awal bertemu pada 7 Maret 1962 hingga Ainun berpulang ke alam barzah. Keduanya bertemu pertama kali saat Habibie sedang silaturahim ke rumah keluarga Besari, ayah Ainun, yang terletak di Jalan Rangga Malela, Bandung, pada malam takbiran.

Pandangan mata malam itulah yang akhirnya mengantarkan keduanya pada kisah-kisah romantisme hari berikutnya, hingga keduanya menikah tiga bulan kemudian.

"Tanpa saya sadari pandangan mata selama dengan Ainun telah menimbulkan perasaan rindu untuk berpandangan lagi," tulis Habibie.

Habibie memang selalu terkenang dengan pandangan mata dan senyuman Ainun yang ia sebut "memukau dan selalu kurindukan." Di tengah kesibukannya membangun karir selama tinggal di Jerman, Habibie selalu teringat dengan pandangan mata dan senyuman Ainun yang tidak pernah mengeluh dan selalu berusaha mendampinginya dalam berbagai kesibukan.

Buku yang diterbitkan The Habibie Center ini tidak melulu berbicara soal romantisme percintaan. Habibie menulis, istrinya itu juga selalu mendampingi dan mendukung pekerjaannya sebagai menteri.

Bahkan saat ia menghadapi masa-masa krisis pada reformasi Mei 1998 dan menjabat Presiden ke-3 RI selama 17 bulan. Padahal saat Habibie menjabat sebagai presiden, kondisi kesehatan Ainun mengharuskannya untuk lebih banyak beristirahat.

Dan ketika kesehatan Ainun mulai memburuk, Habibie pun bersumpah akan selalu mendampingi Ainun dan berada satu atap dengan sang istri. Termasuk saat harus mendampingi Ainun menjalani operasi hingga 12 kali dalam empat pekan untuk membersihkan sel-sel tumor ganas yang sudah membelit sejumlah organ tubuhnya.

Kesetiaan Habibie menjaga sang istri telah menyentuh hati tim dokter Jerman yang merawat Ainun. Mereka adalah Prof Dr Seinbeck, Prof Dr Burns, dan Prof Dr Swissler.

"Profesor Habibie kami selama 2 bulan ini banyak belajar. Kami sudah sangat berpengalaman melihat bagaimana orang bereaksi dan berperilaku. Namun pertama kalinya kami melihat perjuangan Anda suami istri mengatasi semuanya dalam suasana 'cinta' yang 'murni' dan 'sejati'. Terima kasih Prof Habibie. Semoga Tuhan YME selalu melindungi dan menyertai Anda berdua."

Tim dokter itu berkata demikian setelah Habibie menolah permintaan mereka untuk mengoperasi Ainun untuk ke-13 kalinya, karena tidak mendapat garansi kondisi sang istri tercinta akan membaik setelah operasi.

"Saya tidak dapat menyetujui Anda operasi istri saya lagi. Saya serahkan kepada Tuhan YME. Saya hanya mohon kepada Anda semua untuk tidak memberi beban rasa sakit kepada istri saya. Demikian putusan saya." (halaman 293).

Menurut penyair Taufiq Ismail, buku Habibie & Ainun merupakan karya yang terlahir dari kejujuran dan ketulusan cinta. "Ini merupakan karya beliau yang tidak mudah untuk dituangkan dalam sebuah karya. Tidak mudah itu," ujarnya usai menghadiri acara peluncuran buku tersebut.

Sedangkan Habibie berpendapat, buah karyanya itu merupakan anugerah yang sangat luar biasa dari Sang Pencipta. Ia mengakui ketidakmampuannya dalam menorehkan kata-katanya di atas kertas tanpa kekuatan cinta dan anugerah dari Sang Kholiq.

Dalam Kata Pengantar buku itu, presiden RI ketiga itu menulis, "Bagi saya pribadi, hikmah menulis buku ini, telah menjadi terapi untuk mengobati kerinduan, rasa tiba-tiba kehilangan oleh seorang yang selama 48 tahun 10 hari berada dalam kehidupan saya."

Sumber http://gayahidup.inilah.com/read/detail/1024932/presiden-cinta-itu-bernama-habibie

Baca juga yang ini:

=-=-=-=-=Berlangganan Artikel=-=-=-=-=

Masukkan Alamat Email Anda:

Delivered by FeedBurner

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More